Di era modern ini, hampir setiap aktivitas manusia bergantung pada layar digital — mulai dari bekerja, belajar, hingga bersantai. Meskipun teknologi memberi banyak kemudahan, paparan layar yang berlebihan dapat memberikan tekanan tambahan pada sistem penglihatan. Kondisi yang dikenal sebagai digital eye strain atau kelelahan mata digital muncul ketika mata dipaksa fokus terlalu lama pada layar tanpa istirahat yang cukup. Gejalanya bisa berupa mata kering, penglihatan kabur, sakit kepala ringan, hingga rasa nyeri di sekitar mata dan leher.
Faktor utama penyebab ketegangan ini adalah berkurangnya frekuensi berkedip saat menatap layar. Normalnya, seseorang berkedip sekitar 15–20 kali per menit, tetapi angka ini bisa menurun hingga setengahnya ketika menggunakan komputer atau ponsel. Akibatnya, permukaan mata menjadi lebih kering karena lapisan air mata tidak tersebar merata. Selain itu, pencahayaan layar yang terlalu terang atau pantulan cahaya dari ruangan juga memperburuk ketegangan mata. Kombinasi dari semua faktor ini membuat mata cepat lelah meskipun durasi penggunaan tidak terlalu lama.
Untuk mengurangi dampak negatifnya, para ahli menyarankan pengaturan jarak pandang yang ideal antara mata dan layar sekitar 50–70 sentimeter, serta menyesuaikan kecerahan layar agar tidak terlalu kontras dengan cahaya sekitar. Meskipun keluhan ini bersifat sementara dan tidak menyebabkan kerusakan permanen, menjaga kenyamanan visual sangat penting agar produktivitas tetap terjaga. Dengan memahami cara kerja mata terhadap paparan cahaya digital, kita dapat menggunakan perangkat teknologi dengan lebih bijak tanpa mengorbankan kesehatan penglihatan.
